Seorang jiwa salju meruntuki Angin yang kencangnya tidak di ingini namun terpuji
Hai Angin, Suatu masa nanti, kamu akan tau bahwa berlama-lama di tempat berdirimu adalah hal yang sia-sia
Suatu masa nanti, kamu akan tau kenapa seorang guru jiwa pernah berkata "Bahwa menikah itu nasib, mencintai itu takdir. Kamu dapat berencana menikah dengan siapa, tapi tak bisa rencanakan cintamu untuk siapa".
Sang Jiwa salju menyampaikan bahwa ia tau cintanya bukan untuk angin yang datang, bukan juga utuh diberikan kepada jiwa lain yang mengiringi hari ini
Jiwa Salju hanya tau cintanya untuk seseorang yang pernah sangat lembut bersikap kepadanya, tidak pernah menyakitinya, membantunya memulihkan jiwanya pertama kali, rasa pertamanya, seseorang yang pernah memanggilnya Hime,
Jiwa Salju sudah berusaha seperti angin berusaha hari ini.
Tapi pujangganya tidak hadir, Sang Jiwa Salju meruntuki dirinya juga, tapi realistis menjalani hidup, seperti penyesalan sang Jiwa Salju karena pernah mengabaikan pujaan hatinya 2013 lalu, berulang ia terjatuh, tapi tidak belajar
kali ini katanya Ia akan berhenti, dan memulai menyapa sang Angin, menyapa untuk memberi tahu, bahwa jangan melakukan hal yang Jiwa Salju lakukan. Berjalanlah, maafkanlah dirimu
Berjalanlah, rapalan doa doa akan dipanjatkan
Allah akan mengiringi..
Dari Sang Jiwa untuk Angin yang datang
Bekasi, 16 September 2020 Pukul 15.51
Angin yang lalai melepas jiwa, membiar terbang sang jiwa ceria, menguraikan nada rasa, terpendam dalam duka..
ReplyDeleteBetapa mungkin jauh dekat atau ku kenali...
Biarkan semua, Wajar adanya...
Pada pertigaan takdir ataupun tikungan nasib, biarkan saja, Wajar adanya...
AMPUNI INI & AMPUNI SAYA
Delete