Friday, September 18, 2020

Jangan Gusar

 Duhai sendu yang temaram

Janganlah mengusik sendiriku yang ringan

Aku tidak mengutarakan pengakuanku

Aku cuma mau sampaikan


Aku rindu dicintai yang benar

Seperti seorang pasangan yang menanyakan "mau jajan apa kekasih hati? Aku ada uang berlebih hari ini"


Dengan irama menggoda dan bercanda

Kemudian berkelana di kungkungan dimensi rasa cinta, ah indahnya masa masa si Hime itu ..


Aku memilih berdampingan denganmu

Meski aku tau, beban ini tidak jua kita bersamakan


Bolehkan sesekali aku menyalahkan keadaan

Aku sudah berikrar tidak pergi, jangan gusar


Tenanglah..


Bekasi, 18 September 2020

Wednesday, September 16, 2020

Salju dan Angin

Seorang jiwa salju meruntuki Angin yang kencangnya tidak di ingini namun terpuji 

Hai Angin, Suatu masa nanti, kamu akan tau bahwa berlama-lama di tempat berdirimu adalah hal yang sia-sia

Suatu masa nanti, kamu akan tau kenapa seorang guru jiwa pernah berkata "Bahwa menikah itu nasib, mencintai itu takdir. Kamu dapat berencana menikah dengan siapa, tapi tak bisa rencanakan cintamu untuk siapa".

Sang Jiwa  salju menyampaikan bahwa ia tau cintanya bukan untuk angin yang datang, bukan juga utuh diberikan kepada jiwa lain yang mengiringi hari ini

Jiwa Salju hanya tau cintanya untuk seseorang yang pernah sangat lembut bersikap kepadanya, tidak pernah menyakitinya, membantunya memulihkan jiwanya pertama kali, rasa pertamanya, seseorang yang pernah memanggilnya Hime, 

Jiwa Salju sudah berusaha seperti angin berusaha hari ini.

Tapi pujangganya tidak hadir, Sang Jiwa Salju meruntuki dirinya juga, tapi realistis menjalani hidup, seperti penyesalan sang Jiwa Salju karena pernah mengabaikan pujaan hatinya 2013 lalu, berulang ia terjatuh, tapi tidak belajar

kali ini katanya Ia akan berhenti, dan memulai menyapa sang Angin, menyapa untuk memberi tahu, bahwa jangan melakukan hal yang Jiwa Salju lakukan. Berjalanlah, maafkanlah dirimu 

Berjalanlah, rapalan doa doa akan dipanjatkan

Allah akan mengiringi..


Dari Sang Jiwa untuk Angin yang datang

Bekasi, 16 September 2020 Pukul 15.51

Sunday, September 6, 2020

Tertunduk

 Bentukannya nyata, nirwana dalam kancah ketukan kemudian

Apa kabarnya rasa?

Yang tak lagi sama seperti botol vitamin C rasa jeruk bersoda

Apa kabarnya rasa?

Yang menukik bergerilya jatuh tertunduk

Apa kabarnya rasa?

Bergumul dalam rona cangkir sendu mu

Apa kabarnya rasa?

Berpindah, tertutup .. terbuka.. tertutup.. terbuka


Setelah kamu berusaha berjanji


Ditulis di masa dulu

Pada 04 January 2019

(Ashla, 04 Jan 19)

Berhenti Berjanji

 Seorang wanita menangisi dirinya sendiri

Berkelindan dalam nyanyian nuraninya yang hening

Tersenyum tanpa alasan berarti


Sepinya ikut menyorakkan 

Berhenti.... Jangan lagi berjanji, nanti menyesal saat tiada lagi


Seperti seorang ibu yang menangisi perginya anak nya, bukan karena sedih kehilangannya saja

Tapi karena terlambat menyadari bahwa seumur hidupnya ia belum memperhatikan  anaknya

Sang ibu menyesal dan ingin waktu diputar, "andai Ia mengasihi, tanpa banyak berjanji"


Seperti seorang ayah yang menangisi perginya anaknya, bukan karena sedih kehilangannya saja,

Tapi karena terlambat menyadari bahwa luka, pukulan yang ia berikan kepada anaknya ternyata terlalu banyak, tubuh dinginnya membiru

"Andai Ia menyayangi, tanpa banyak berjanji"


Seperti seorang laki-laki yang menangisi kepergian wanitanya, bukan karena sedih kehilangannya saja,

Tapi karena terlambat menyadari bahwa amarah , ketidakpedulian, kejahatan , ucapan keji terlalu banyak di berikan kepada wanitanya

Ah terlambat, 

"Andai Ia memperlakukan dengan layak, tanpa banyak berjanji"


Berhenti berjanji,

Mulailah melihat nyata sekeliling mu

Bahagia apa yang sudah kau kerjakan untuk sekitarmu hari ini?

Rizki apa yang sudah kau bagikan untuk bahagia sekitarmu, pasanganmu, orang tua mu?


Bahagia bukan hanya tentang dirimu

Ini universe, buka matamu..

Berhenti berjanji ..


Ditulis di Kemacetan Jalanan

06 September 2020

Bekasi

Rupanya ada juga tak biasanya

“Aishh… Sudah aku bilang bahwa tempatmu adalah menghamba padaku”, ujar si tampan kepada sang salju. Namun sang salju tak mendengarkan, karen...